Sejak puasa tahun 2014 saya selalu ingin bercerita tentang keong, seekor tuxedo cat yang masih ABG. Video di atas adalah pertama kalinya saya melihat keong, kesokan harinya mama memberinya makan dan sejak saat itu dia selalu singgah di rumah. Awalnya cukup berat bagi saya karena harus bertahan setiap waktu sahur dikelilingi olehnya dan bersin-bersin cukup parah pada saat itu. Ya saya alergi terhadap kucing sejak SMP kelas 1, mungkin sudah pernah saya sampaikan di post-post tahun-tahun yang lalu. Namun, siapa yang tidak jatuh hati pada keong? Secara singkat kami sekeluarga di rumah menyayanginya, sifatnya yang sangat manja dengan raut wajah imut tak sanggup membuat kami marah ketika dia bertingkah. Mengalahlah saya dengan selalu mencuci tangan setelah memegang dan menganti baju setelah menggendongnya.
Reaksi alergi yang awalnya parah berangsur-angsur berkurang, tidak menjadi sembuh namun saya tidak mudah bersin ketika di dekatnya. Hari-hari di rumah bersama keong adalah waktu terbaik yang pernah saya miliki dengan binatang peliharaan. Meskipun ada abun dan misae (sepasang kelinci campuran angora, -misae kelinci jantan menghilang bulan lalu) di rumah, rasa memiliki kucing sangat berbeda dengan kelinci. Karena kelinci bintang yang sangat diam, sampai sekarang saya bingung memikirkan bagaimana bunyi kelinci. what does the bunny say?! i don't know :| Hubungan antara kuru dan kuku (cara saya memanggil kelinci adalah kuru dan kucing -keong terkadang kuku) awalnya sangat lucu karena mereka saling takut satu sama lain. Kemudian hanya dalam seminggu keong sudah mulai menggangu kuru saat makan dengan menggulingkan badannya mengajak bergulat yang tentu saja tidak pernah dibalas oleh para kuru karena itu bukan cara mereka bermain. Keong akan menggigit telinga abun -hanya abun yang tahan meladeninya SEBENTAR lalu kuru akan bersembunyi menghindar dari keong hahaha. Bahkan pernah keong mencakar-bergurau waktu para kuru masuk ke kandang. Benar-benar kucing yang tidak perhatian, kalau sudah di dalam kandang mereka mau lari kemana? Begitulah salah satu tingkah si keong.
Selain hubungan bersama kuru, tingkah keong lainnya yang membuat hati geli adalah ketika memaksa untuk tidur di pangkuan mama. Setiap kali dia melandaskan punggung manjanya kepada mama, selalu disingkirkan oleh mama, namun keong tidak menyerah. Dia akan berusaha menyandarkan kepalany atau kaki depannya atau apalah agar bisa tidur di dekat mama. Terkadang dia juga begitu pada saya, di bulan-bulan terkahir ini bahkan lebih sering begitu. Saya biarkan saja dia memanjat badan saya dan tidur, rasanya hangat. Dia begitu manja dengan mama dan saya mungkin karena kami berdua yang paling sering memberikan makan. Makanan yang kami siapkan untuk keong adalah ikan tongkol rebus dengan campuran sedikit nasi, setiap 4-5 hari sebelah ikan tongkol saya beli dari pasar pagi untuk keong. Kami selalu begitu dengan kucing peliharaan kami,'menyiapkan anggaran khusus'. Tidak mau memberi makanan yang sama seperti yang kami makan karena ikan goreng tentu tidak sehat bagi kucing karena manusia saja sebesar itu dengan efek minyak goreng tidak baik untuk tubuh, apalagi bagi kucing? Ditambah info yang baru saya temukan adalah, bawang putih beracun bagi kucing. Selain itu perbedaan yang terjadi ketika kucing sudah terbiasa makan makanannya sendiri adalah dia tidak merong-rong (rong-rong! bona dan rong-rong!) saat kita makan. Sebulan terkahir juga keong mengerti kebiasaan duduk menunggu saat saya mengaduk nasi dan ikannya, bahkan tidak nyerobot makan saat saya mengaduk ikan dihadapannya. Dulu itu ketika pulang bermain perutnya sudah luar biasa lapar, dia akan memeluk kaki kami, mengelilingi hingga pernah tak sengaja saya menginjak kakinya haha.
Setiap hari jika pas tidak dibuka pintu rumah kami, keong akan mengeong-ngeong minta dibukakan salah satu pintu. berlari buru-buru sambil terus mengeong menghampiri minta diberi makan. Kadang juga diselamatkan dari perkelahian di bawah kamar saya, jika sudah diusir rivalnya dia akan buru-buru masuk ke rumah. Tentang keong dan para preman gang, mungkin masa kanak-kanak keong ke waktu dewasanya dari mulai dia datang ke rumah hanya tiga bulan pertama. Kemudian selepas masa tiga bulan itu dia suka menghilang sampai 2-3 hari saat musim kawin. Anak ingusan yang baru belajar musim kawin ini lebih banyak merananya dari pada suksesnya. Awal-awal dia mulai ikut-ikutan musim kawin terjadi insiden yang memilukan bagi kami sekeluarga. Kaki keong robek sangat besar sehingga harus di opname di dokter yudha. Dokter mengatakan saat proses dijahit darahnya sampai memuncrat dan tendonnya memang sudah putus, akibatnya kaki keong tidak kembali normal. Alhamdulillah dikurung selama 10 hari di dalam rumah, dipaksa minum obat akhirnya kami merelakan keong bermain lagi di luar. Memang sedikit pincang namun sudah kuat memanjat.
Hidung keong yang berwarna pink itu suka saya pengang sambil mengomelinya, "Ini hidung pink cewek apa cowok? Muka imut gini mana bisa jadi kucing garong! Mana bisa jadi preman gang!". Kenyataannya ya begitulah, badannya jauh lebih kecil dari kucing liar di sekitar rumah, lari pula ke dalam rumah kalau saya selamatkan haha. Oh iya ini kebiasaan saya, bicara dengan binantang -_- sudah pasti mereka tidak mengerti sih, tapi keong kucing yang sangat vokal jadi dia sering menatap saat diajak berbicara dan membalas dengan mengeong. Kadang jika sudah menggemaskan saya angkat dan menimangnya seperti bayi sambil bertanya, "Ini anak olang atau anak kucing? Adek kakak ke atau adek kucing? Anak cetan kali ni?" hahhaa. Dia akan menatap saya dengan heran, sama ketika dibicarakan dipangkuan siapa saja di rumah, menatap seaakan mengerti. Semua orang di rumah sepeti itu kepadanya berbicara, memarahi, bermain, menggendongnya, dia adalah pusat perhatian. Saya menyebutnya anak bungsu saking manjanya.
Musim kawin adalah waktu-waktu yang membuat kami cemas dengan keong mengingat kakinya pernah dijahit itu. Benar saja musibah terjadi lagi sekitar bulan lalu, kaki sebelahnya lagi bengkak sekali, entah dipukul orang entah terjatuh karena gagal memanjat. Dibawa lagilah keong ke dokter dan diberikan atibiotik. Alhamdulillah hanya beberapa hari saja bengkak yang dikhawatirkan akan pecah menjadi nanah manjadi kempis. Hari-hari itu hingga saat sekarang ini terasa singkat sekali. Tidak. Seluruh hari sejak keong di rumah kami bagi saya terasa singkat sekali. Tingkahnya yang aneh-aneh seperti suka duduk di atas kertas-kertas yang penting, tidak membiarkan saya dan mama tenang menggunakan laptop, heran dengan kertas yang keluar dari mesin printer, berobsesi gulat dengan sepatu, tidur dengan posisi ajaib, atau sekedar menemani saya main game hp, tidur menonton tv, atau tilawah, keong adalah teman dan penghilang penat bagi saya yang kebanyakan waktu dihabiskan memang di rumah. Rindu sekali jika sehari saja dia tidak pulang, bahkan satu waktu makan saja tidak pulang saya khawatir dan rindu padanya.
Siapa sangka kucing kami yang sangat aktif itu hari kamis 19 Maret tiba-tiba muntah seharian. Malamnya saya mendengar suaranya dibawah kamar sedang diganggu kucing besar, cepat-cepat saya bukakan pintu. Langsung saya buatkan makan, namun tidak disentuhnya. Ia langsung ingin keluar lagi tapi tidak saya ijinkan. hingga subuh saya melihat makanannya sama sekali tidak disentuh. Ada yang salah. Mengingat beberapa bulan lalu dia pernah muntah berwarna orange, kami semua mengira mungkin dia anak memakan kadal? Tapi muntah kali ini lain, sepanjang pagi sebelum saya ke kampus dia sudah muntah 4 kali. Diminumkan madu kemudian dia juga muntah lagi. Khawatir dengan keong cepat-cepat saya pulang pada hari itu, keadaannya terlihat semakin memburuk dan saya menemukan sisa muntahan yang terdapat cacing pita. Subhannallah benar-benar sedih saya namun harus bagaimana dokter hewan juga membuka prakteknya mulai malam. Sesaat membersihkan muntahnya keong menghilang, saya kebingungan sampai mencari disekeliling gang. Pikir saya tak mungkin kuat dia pergi jauh sedangkan sudah muntah berkali-kali.
Sabar saya berdoa dan istirahat sampai ketiduran tiba-tiba dia ada di pintu samping rumah di dekat abun. Keong melihat ke arah tembok tempat pertama saya melihatnya -saya baru menyadari itu sekarang. Dia sama sekali tidak keluar dari rumah, saya sangat yakin. Tapi sudah dipanggil-panggil tidak mau menyahut seperti biasanya. Merawat keong sama sekali tidak sulit selama ini, tapi masa-masa sakit inilah yang sangat sulit sebenarnya. Hingga sore dia tetap muntah beberapa kali, raut mukanya sudah sangat berbeda. Telinganya turun dan matanya tidak membuka lebar lagi, nafasnya sulit karena mutah berlendirnya juga sudah masuk ke salurah hidung sepertinya. Saya merasa tidak berdaya melihat keong yang tidak berdaya. Kemudian keong tiba-tiba hilang lagi, saya kembali mencari ke sekeliling rumah, di tempat-tempat biasanya dia tidur namun tidak ditemukan juga. Hingga akhirnya mama menemukan keong di bawah tempat tidur mama bersembunyi. Sama sekali tidak bersuara, mulutnya terbuka dengan nafas yang terengah-engah, serta liurnya menggantung di pinggir bibirnya. Dengan sendiriya dia keluar dan duduk di tempat yang terlihat.
Segera saya cari gejala-gejala yang terjadi pada keong, yang saya temukan adalah distemper. Sebuah virus yang umumnya sudah ada dalam tubuh kucing, virus yang hanya tertidur dan bisa aktif sewaktu saat daya tahan tubuh kucing menurun. Ada usaha vaksinasi yang bisa diberikan, namun tidak juga 100% kucing terbebas dari penyakit tersebut. Paling tidak kesempatan hidup jika sudah divaksin lebih besar dibanding yang belum pernah divaksin. Saya pahami setelah membaca adalah distemper memang sangat sulit disembuhkan karena tidak ada obatnya. Melihat kondisi keong yang sudah begitu parah, tanda-tanda seperti bersembunyi ditempat yang dingin sudah dilakukannya saya berkata dalam hati untuk berusaha ikhlas. Sehabis solat magrib bersama abang saya membawa keong ke dokter syifa dan dayat yang rumahnya tidak jauh dari kediaman kami. Keong di tempatkan ke dalam keranjang rotan bakas oleh-oleh dari kapuas hulu. Sangat tenang dan lemah badannya, saat memasukkan itu dia mengeong ke arah saya. Pelan-pelan saya mengendarai motor melewati gang-gang hingga tembus ke rumah dokter. Sampainya disana yang saya dapatkan yaitu, penjelasan dokter tentang penyakit keong sama dengan yang saya baca, persentase selamat 20%, obat-obatan yang diberikan hanyalah usaha membantu kembali lagi ke ketahanan tubuhnya. Kondisi keong yang sudah dehidrasi sudah pasti harus di opname dan diinfus. Dicukurlah kaki kanan depannya untuk memasukkan jarum infus, bertiga bersama abang dan dokter keong dipegangin dan dimasukkan ke dalam tas khusus agar tidak meronta. Setelah selesai infus dipasangkan keong dibaringkan ke dalam kandang berwana pink. Reaksi yang jauh berbeda saat diopname karena kakinya dijahit, dia hanya diam terbaring lesu. Seperti biasa saya mengajaknya bicara, "Hei anak kucing! Dadah!" dengan nada yang ceria seperti biasanya. Doketr berkata keong boleh saya jenguk pagi atau malam. Jika ada perkembangan atau sesuatu akan dikabari.
Setiap sehabis solat saya berdoa kepada Allah untuk meringankan rasa sakit keong, Masyallah saya tak sanggup menahan air mata. Jujur sepanjang hari menanti waktu untuk menjenguk bersama mama yang kami rencanakan malam, saya menangis berkali-kali. Solat ashar juga saya berdoa lagi, konon waktu sehabis ashar pada hari jumat adalah waktu yang baik untuk berdoa, permintaan saya supaya keong di ringankan rasa sakitnya, mudahkan ini semua bagi keong, jika baik untuknya, sembuhkan dia. Ba'da magrib saya sudah mau siap-siap untuk pergi sms masuk memberi kabar tentang keong. Saat bersiap-siap itu saja saya sedang menagis dan kabar yang disampaikan dokter tidak membuat keadaan lebih baik. Keong sudah meninggal sejak sore. Saya menangis tersedu-sedu mengabarkannya ke mama. Siapa sangak rencana kami menjenguk keong berubah manjadi menjenguknya. Siapa sangka kucing yang masih sangat muda, lincah, dan menggemaskan itu sakitnya hanya sehari. Sehari yang sangat menyiksa bagi tubuhnya dan bagi saya yang tidak berdaya melihat kesakitanya.
Memelihara keong sangat menyenangkan, hal yang paling sulit adalah mengikhlaskan keong yang tidak disangka-sangka tidur selamanya. Sesal rasa hati saya karena tidak terlalu mencari tau tentang memelihara kucing yang benar. Berpikir kalau keong akan baik-baik saja seperti mince atau mie yang tumbuh besar jadi seperti preman gang, namun anak kecil yang singgah di rumah saya ini ternyata berumur pendek. Pelajaran yang sangat berharga untuk memikirkan bahwa binatang juga memiliki hak untuk hidup yang layak, diberikan kebutuhan-kebutuhan dasarnya, kesehatannya, kebersihannya, dan kasih sayang tentunya. Siapa yang mau hidup kesepian? haha Setidaknya itu yang saya dapatkan dari keong dengan kemanjaannya dan sifat tolong perhatikan aku, pelajaran dari seorang teman berbulu saya yang setia mengganggu meramaikan isi rumah. Saat-saat seperti ini bagi saya mungkin seperti yang dikatakan orang-orang, jangan terlalu bergantung pada orang di dunia ini, bahkan di dalam kegelapan bayangan pun meniggalkan kita. Diusia saat ini dan keong yang pergi adalah masa sulit bagi saya. Ada yang bilang anjing adalah sahabat terbaik, bagi saya lebih dari itu. Karena keong adalah adik yang dititipkan Allah sementara waktu. Sekarang keong sudah pulang lagi ke pemilik sebenarnya. Tidak ada sakit lagi di badannya. Keong tidur di halaman samping rumah kami, tempat di dekat tembok pertama saya melihatnya.
Terima kasih keong, sudah singgah di rumah kakak. Maaf kakak masih kurang memperhatikan keong selama ini. Kakak janji kalau Allah kasi kucing lagi akan dijaga baik-baik, akan disayang juga seperti keong.
Baru 1 hari berselang saja kakak rindu sekali.
Doakan saya untuk semakin mengikhlaskan keong ya :)
Mengikhlaskan apa-apa yang sudah pergi dan berubah dalam hidup yang sementara ini.