Bismillah..
Ini sangat personal.
Bukan tulisan dari seorang yang paham, yang banyak khilaf dan dosanya, maka dari tulisan ini saya tidak menilai pengalaman masing-masing orang menjadi
paling benar atau pun salah. Terlahir dari kedua orang tua yang muslim dan
berada di lingkungan mayoritas muslim mungkin nikmat pertama dan terbesar yang saya miliki
saat di lahirkan, hingga saat ini. Alhamdulillah. Adalah hal yang mudah
mendapatkan informasi terkait agama dan ibadah sedari kecil, berkesempatan sekolah
dalam naungan lembaga Islam, dan banyak hal lain yang mungkin kelihatannya
kecil. Seperti jika dibandingkan dengan
saudara-saudara seiman di negara yang mayoritas non muslim atau daerah yang
berlatar seperti demikian, keadaan saya ini adalah nikmat yang sangat luar
biasa. Alhamdulillah. Namun dalam perjalanannya,(hingga saat ini) ternyata
beragama, memiliki identitas sebagai seorang muslim tidaklah semudah perkara
terlahirkan oleh orang tua muslim atau di negara muslim. Perjalanan ini adalah
proses, setidaknya itu yang saya pikirkan.
Proses sebagaimana yang pernah mama saya ungkapkan, tobat
itu tidak ada yang mendadak. Benar atau tidak saya percaya akan hal itu. Entah bagaimana
kronologinya sekarang saya berhijab. Pelindung yang saya tinggalkan di bangku
sekolah dasar, pelindung yang hanya dikenakan saat pelajaran Agama Islam saat
SMP dan SMA, pelindung yang kadang digunakan saat berpergian ke masjid saat
hendak sholat Eid, pelindung yang berkali-kali diucapkan “ya aku akan pakai
tahun depan..” berkali-kali, sampai ini saya malu menuliskannya. Mungkin niat
yang sejak dari umur belasan tahun itu dimunculkan lagi dari cara-cara yang
tidak terduga, lembut, mengguncang isi hati, dari setahun penuh pelajaran, dan
hikmah-hikmah yang MasyaAllah hanya Allah yang bisa membolak-balikkan isi hati.
Siapa sangka dari tulisan teman-teman yang tidak terduga di laman media sosial,
dari foto teman-teman yang tak terduga anggun berkerudung, sahabat-sahabat baik
yang sedari dulu senang berbagi isi hati sambil berdiskusi, peristiwa-peristiwa
yang tidak lazim, serta ayat-ayat Al Quran random yang kadang terbaca saat
berselancar di internet. Itu semua menjadi penguat ‘tabungan niat’ saya
mengumpulkan pakaian panjang, hingga ramdhan 2015 saya memutuskan rambut saya bukan
konsumsi publik.
Dua tahun yang tidak terasa dan mungkin terasa juga sih ya
saya berkerudung (berhijab atau entahlah namanya apa saya tidak pernah yakin
istilah yang benar selain istilah mukenah, udah paling pakem untuk sholat tuh dari
pada nama secarik kain di kepala ini haha). Pengalaman orang ya berbeda-beda,
ada yang bilang “ya enak si sejak pake hijab gini, kalo diganggu sama laki-laki
di jalan juga paling di Assalamuallaikum-in..”. Ya kalo saya pribadi tetap
merasa tidak nyaman apapun sebutannya jika di jalanan ditegur aka cat calling
apapun kata-katanya. Bukan kah laki-laki juga memiliki tugas untuk menundukkan
pandangannya? Hehe ini sok tau saya saja ya, dalil yang benar belum tahu. Dan mungkin
kalau disadari dari tulisan ini jelas sekali ini cerita berkerudungnya seorang
yang kurang ilmu agama ( yahiyalah jelas). Saya pribadi kena di hati sekali
dengan hadist yang ada bilang itu hadist yang lemah tapi menggerakkan saya
untuk semakin kuat berkerudung (tidak berani disebutkan karena belum cukup ilmu).
Kemudian yang mungkin belum banyak yang tau ada kaitanya dengan pandangan
laki-laki, ini ya saya kabari nikmatnya rambut yang ditiup angin sepoi-sepoi
seperti iklan shampo, menggunakan summer dress , dan berkemeja motif hawaii
adalah nikmat yang saya amini dan rayakan dengan menggunakannya keluar rumah
(kecuali ‘summer dress’-daster lelong yaa).
Sampai sekarang hal-hal tersebut masih menjadi nikmat bagi
saya, tapi apa yang benar-benar berubah dalam waktu setahun merenung dan ‘dipanggil-panggil’
Allah itu? Saya tiba-tiba tidak lagi merasakan nikmat dilihat oleh orang asing,
apapun bentukan rambut saya tidak terasa indah lagi di cermin sesaat sebelum
keluar rumah, tanggan saya jauh-jauh hari mulai saya tutupi dengan baju lengan
yang lebih panjang, berasa leher pendeklah, dan kaos yang terasa pas tidak
nyaman lagi digunakan. Tidak mau dilihat-lihat, Risih. Mungkin itu kata yang
paling tepat mewakilkan keresahan saya pada saat itu. Risih dengan pandangan
orang lain pada saya, kepercayaan diri saya menurun signifikan ketika dibilang
gemuk, dan lain sebagainya ketika bertemu orang lain yang mungkin menjadi
pertanyaan yang tidak disadari dalam alam bawah sadar saya “ada yang kurang
dalam penampilan aku”. Diet dan ganti potongan rambut saya lakukan, keresahan
itu masih sama saja. Tapi dalam proses itu juga mungkin sebenarnya saya sudah
terdesak dari dalam diri saya sendiri, “ini saatnya, apa lagi?”. Hingga akhirnya
saya mantap berkerudung, rasa keresahan itu masih ada. menjadi “kok aku gak
jago nyambungin warna baju sama kerudung” hahaha. Tapi keresahan atas kurangnya
penampilan dan rasa risih dilihat itu hilang menjadi tenang dan aman.
Meskipun dengan masih ‘pergelutan’ isi hati seperti “ini
cukup kok, gak perlu jago pake pashmina lilit-lilitlah” atau “tuhkan
dipanjangkan lah kerudungnya, nutup dada pliss! bagus kok” atau “eh kurang oke
ya kalau panjang, keliatan gendok (cupu, kampungan)” ada tuh dalam hati saya
ganti-ganti. Orang macam saya yang tiba-tiba sakit kepalanya berasa muter-muter waktu kajian di SMA
beginilah.. sampai sekarang belum berkesempatan belajar lagi lebih baik, masih
banyak kekurangan.. alasan tuh ngejar ilmu dunia terus~ lalalala cukup ya ini
diselesaikan, insya Allah nanti dikuatin juga belajar yang bener ya cak. Tapi sejak
menggukankan ataupun siapapun yang baru menggunakan hijab, sahabat-sahabatku
semua..ada baiknya kita berdoa untuk saudara kita si fulani-fulana dan diri
kita sendiri itu semoga selalu istiqomah dengan pakaiannya. Semoga semakin baik
keimanan dan kualitas ibadahnya dan selalu dipertemukan dengan teman-teman
seperjuangan yang soleh-solehah biar ketularan. Yang belum ya jangan
ditinggalkan yah? (PR bagi saya yang senang lonely dan tidak pandai menjaga
silahturahmi. Idup perlu orang lain juga oi!). Seperti saya ini, kalau tidak
digiring-giring diobrolin yang baik-baik juga mungkin lebih menikmati drama
beauty guru youtube disela-sela sebagian ‘besar’’ waktu saya menonton youtube
(tuh kan terlihat betapa buruk kualitasnya saya menghabiskan waktu). Tetapi
MasyaAllah, bayangkan dari banya waktu tidak bermutu itu saya masih tanpa
direncanakan belajar diperlihatkan ayat-ayat suci sampai kuat niatnya? Maha
Kuasa Allah dengan segala rencanaNya J
Semoga kita semua terus menerus ‘berproses’ ke arah yang
baik..