Bagaimana baiknya ini dimulai
Di satu sisi saya kurang mengikuti perkembangan para social
media influencer tapi kok makin ke sini kadang gemes. Bukan sama yang sama si ini
atau si itu, tapi dengan kita yang berharap macam-macam dari mereka.
Kembali ke beberapa tahun terakhir sebelum berjilbab, baru
niat. Sebagai pengguna internet aktif, kadang saya kurang bisa realistis
terhadap harapan dan kenyataan dari internet dan dunia nyata dulu- dan masih
sebenarnya. kadang. Ingin buat macaroon tapi belum pernah coba dan memaksakan pengetahuan
dari tutorial youtube misalnya hanya karena si kue terlihat imut. Berandai-andai
punya pacar yang perhatian dan pamer kemesraan di media sosialnya karena lihat
teman-teman menggunakan foto bersama pasangan untuk profil. Ingin punya foto
profil yang bagus diambil dari kamera mahal. Bisa foto-foto kumpul atau
jalan-jalan dengan teman, sekedar ngumpul di kafe atau ke luar kota. Banyak lah.
Tiba saat mulai cari-cari gaya jilbab. Ini agak seru.
Nah di halaman perancang ini ada sebuah foto yang menarik
perhatian saya. Si perancang ini foto dengan seorang yang menarik sekali. Cantik,
berhijab, dengan tato di punggung tangannya. Ternyata doi mualaf,
kewarganegaraan Amerika Serikat, dan model. Dia punya akun bagi video, kontennya
sekitar pengalamannya convert to Islam, berbusana,
dan sebagainya. Sebagai gadis kacau balau sungguh saya sangat silau terhadap
doi. Kenapa dia yang tinggal di negara yang sekuler, dengan gaya hidup seperti demikian,
tersentuh hatinya memeluk Islam dan langsung berjilbab, terus saya berat dengan
keadaan yang begitu baik di Indonesia. Singkat cerita beliau lah yang sering
saya lihat halaman media sosialnya pada saat itu. Semua yang bisa diikuti saya
cari, saya ikuti. Paling tidak beliau salah satu semangat saya berjilbab waktu
itu. Tapi beliau itu orang biasa...
Mulailah saya terlalu ingin tahu detail kehidupannya. Ingin
tahu ibunya yang mana, karena dia bercerita tentang ibu. Ingin tahu teman-teman
yang dulu seperti apa. Ingin tahu alasan bertato. Lain sebagainya. Di sebuah aplikasi
kumpul gambar akhirnya saya menemukan sebuah petunjuk. Beliau berencana menikah,
melihat foto-foto bertema pernikahan yang dikumpulkannya sebagai “Inspirasi
Menikah”. Sayangnya hanya satu media sosial yang tidak saya ikuti, yaitu adalah
hehe. Ternyata beliau punya dua akun ternyata. Satu lebih ke tampil di umum,
satunya lagi mungkin lebih pribadi tapi tidak dikunci. Saya ketahuilah beliau
ternyata tidak seperti bayangan saya. Ya fatal sekali saya sudah punya bayangan dan harapan terhadap beliau.
Bayangan saya dia hidup keren sebagai model hijab dengan perilaku
yang mulia. Oke langsung ke inti ya. Beliau ini tidak selalu berjilbab dan yang
akan dinikahi itu wanita juga. Bukan tipe yang senang komentar di halaman orang. Tapi
ternyata banyak juga akun-akun yang bertanya hal-hal pribadi padanya di halaman
sosial medianya, atau menasehati juga ada. Sampai akhirnya media sosialnya
dihapus semua. Sejak saat itu, saya tidak terlalu bawa perasaan dengan figur media
sosial. Apa yang diharapkan? Mereka manusia biasa yang membagi kehidupannya
dengan kita. Se-real apapun yang
dibagi itu, mereka manusia. Selalu bisa salah. Lalu kita dengan tenangnya
berkomentar seakan sahabat, membela secara membabi buta, atau malah mencela caci
mencari aib si figur.
Meskipun begitu saya tetap mencoba mencari yang terang saja, selebihnya memang tidak mencari-cari lagi. Figur doi yang itu memang menarik, kalimat yang diungkapkannya, cerita
mendekatkan diri pada Tuhan begitu menyentuh saya pada saat itu. Semoga kita
selalu bisa mencerahkan diri sendiri,mengidolakan pada yang pantas ditiru, dari
pada berharap pada yang pasti bisa kurang dan salah.