Setahun yang lalu, suasana puasa jauh juga dari rumah terasa
sekali sepinya. Tapi perasaan tahun ini dengan kondisi yang mirip, aku biasa saja. Sepi
tapi tidak diratapi. Mungkin aku berubah. Baru terpikirkan sekarang atau bagaimana,
berubahnya perlahan-lahan atau sejak kuliah jauh. Tidak tahu. Sejak jauh dari
rumah, otomatis lebih banyak sendiri. Di rumah juga senang sendiri, bedanya
selalu ada teman bertukar pikiran dan berbagi kecemasan. Sebenarnya jauh pun
masih bisa bertukar pikiran, tapi percakapannya singkat. Berbeda dengan
kecemasan, ini jarang dibagi karena kabar dari jauh itu selalu terdengar
berlebihan. Jadi kami memilih berbagi sekenanya saja, paling tidak kita
sama-sama tahu yang paling utama sekarang ini: pulang. Secepatnya selesai
kuliah, kerja, dan ini dan itu.
Jauh itu jikalah bisa dipilih pasti dihinidari. Sendiri disituasi
asing tidak mudah, banyak yang mengalami seperti ini aku bisa mengerti. Banyak keraguan
di masa awal, ya hingga saat ini pun masih begitu. Benarkan aku di sini? Mampu
kah aku di sini? Setengah-setengah hati. Selebihnya aku memilih banyak
mengisolasi diri. Dalam keadaan menyendiri menjadikan aku banyak
bertanya-tanya, selain pertanyaan setengah-setengah tadi. Banyaknya dari hasil
kuliah. Dari keadaan jauh ini akhirnya jadi banyak mengerti dengan diri
sendiri. Bagaimana masa kanak-kanak, remaja, hingga sampai sekarang ini telah
membentuk aku sebagai aku. Tentang lakon apa yang aku mainkan. Aku adalah
protagonis di dalam pikiranku, benarkan di sudut pandang lain demikian? Aku bertanya-tanya
lagi.
Berkenalan lagi dengan diri sendiri ternyata menyenangkan
sekaligus meresahkan. Aku yang dulu pamit pergi kuliah nanti akan pulang. Tapi yang
berpamitan dulu itu mungkin tidak akan pernah pulang lagi. Aku kira dulu jadi
anak-anak itu bisa jadi sepi sekali, jadi dewasa ternyata juga sepi, sepi yang
terisi rutinitas dan tanggung jawab. Dulu aku rasa orang dewasa berhutang
banyak hal pada anak-anak, sekarang aku yang merasa ada banyak hutang yang
belum mampu terbayarkan. Ternyata aku banyak gagal dalam mengapresiasi, bersyukur, berterima kasih terhadap banyaknya berkah. Kan sendiri itu begini,
jadi bicara dengan diri sendiri. Ini juga tidak sepenuhnya tepat dengan istilah
sendiri hhhh. Beda kontek.
Udah ah, selamat puasa. happy ya jangan marah-marah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar