Sabtu, 01 Juni 2013

Bukannya tidak melawan, gadis kecil mengayunkan tasnya, menggertak geram suara kecilnya, hingga batas keberaniannya. Sunyi teriakan gadis kecil masih terdengar sampai sekarang.

Untuk semua anak yang pernah mengalami masa-masa sulit, terutama yang dipanggil Tuhan saat masa penderitaannya, semoga tenang jiwa mu.
jiwa-jiwa yang menjalani hidup dalam bebannya masing-masing, semoga cerah harinya...

Jumat, 03 Mei 2013

rasanya?

pintar tapi pintar nyolong? 
pintar tapi pintar nipu? 
makan makanan yang hak orang lain?
hak orang miskin?
apa rasa makananmu itu..

Minggu, 21 April 2013

rrrrandom

sore tadi saya menunggu hujan reda di rumah salah satu teman. kami mau perki ke undangan nikahan teman sma. sambil menunggu hujan macam-macam hal yang kami bicarakan. awal mulanya mengenai tragedi pengeboman di Boston kemudian merembet topik lainnya. inti dari pembicaraan kami kira-kira dunia ini terlalu banyak campur sana-sini kepentingan. dan itu sangat mengerikan ketika kita sadar kalau apa yang bisa dilakukan, apa yang kita yakini, apa yang terjadi saat ini semuanya saling bertabrakan.
saya memikirkan masa depan. kalau saja semuanya semudah farmville, saya akan cukup puas untuk memilih jadi petani sepanjang hidup. ya jujur saja saya akan sangat puas jika itu dapat terjadi. kalau mau bertahan hidup kira-kira kebutuhan yang sangat penting selain hubungan dengan manusia lainnya ya makan. bahkan kalau tidak bersosialisasi sekalipun dengan cukup makan kita masih bisa hidup kan? hahaha kalau usaha yang dilakukan hanya dengan membeli, seumur hidup saya hanya akan menyesal kalau-kalau saya ternyata meracuni anak-anak saya dengan racun yang enak.
tau ham untuk isian burger yang ada dalam kemasan plastik itu? saya pernah baca kalau industri pengolahan daging untuk menjadi instan seperti itu menyebabkan banyak sekali limbah, belum lagi pengawet yang mereka gunakan. setelah sampai pada konsumen digoreng pula, bertambahlah kejahatan dari makanan tersebut. itu hanya ham, bagaimana yang lain?
jika jadi vegetarian menurut saya menarik juga, tapi bagaimana industri pertanian saat ini yang menggunakan pupuk maupun pestisisda? sayur-sayur dengan batang yang gendut dan daun yang sempurna apakah aman?
seandainya saja dapat hidup mandiri tanpa tergantung pada apa yang disediakan untuk menjadi konsumer yang loyal..

Kamis, 11 April 2013

lupa akhirnya

seandainya 
mau lebih membuka hati
mendengarkan yang bertutur lirih
berimajinasi menjadi yang lain
teguh dengan Yang Kuasa titahkan
berdoa lembut hatinya

mungkin saja manusia yang manusia lebih manusia
bukan sekedar binatang yang lebih dari binatang

tapi yang seperti itu hanya Nabi-Rasul yang sudah tiada

kita hanya mancoba-coba 
tapi lupa berdoa

Senin, 25 Maret 2013

semudah tidak ingin

mungkin saja ada hari dimana berjuang itu sia-sia
mungkin saja ada hari dengan pertanyaan "untuk apa?"
mungkin saja ada hari untuk menjawab bisa
mungkin saja ada hari tercipta mematikan asa
mungkin saja ada hari untuk berkata "sudahlah tidak mengapa" 

Minggu, 03 Maret 2013

di tengah (2)

magno: aku tak mengerti mengapa ia hanya tertarik untuk ke selatan yang membuatku yakin untuk mengakhiri pertemuan-pertemuan selama tiga tahun ini. rambut merah bergelombangnya itu jelas sekali menandakan bahwa ia keturunan orang utara meskipun kulitnya tidak berbintik seperti para utara dan itulah yang membuat dia istimewa. eksotis lebih tepatnya. aku masih ingat saat pertama kali bertemu di kedai seberang bengkel Paman Nafih, tempat berkumpul para bajingan setelah seharian berkelakar. seorang laki-laki tua yang suka berdadan sepeti wanita menyodorkan sekantung emas padanya untuk bergabung di rumah pelacurannya. aku tidak pernah melihat harta sebanyak itu, semua orang pada saat itu pun aku yakin belum pernah melihatnya. daisy menepisnya hingga bertaburan di lantai dan keributan pun terjadi. ah singatnya saat Daisy bangkit sehabis ditampar germo itu ia menyibakkan rambut sebahunya, aku terdiam sangat lama. aku tak sempat melihat bagaimana Pero mengigit bokong sang germo. keterpakuanku usai sampai ia berlari keluar  bersama anjing gagahnya itu sambil tertawa yang diiringi suara tawa seisi kedai yang mengiringinya berlalu. 

daisy: tiga hari sudah berlalu aku belum juga selesai berkemas dan aku yakin Magno pasti sudah mulai melangkah berlawanan arah. Lola selalu bilang aku selalu menjadikan semuanya dramatis, hanya di dalam kamarku tentunya. kebencianku atas tanah ini terlalu pekat, bagaimana bisa aku terlihat lemah di luar sana? aku tidak pernah percaya dengan orang-orang selain di rumah ini. mungkin saat ini orang-orang sudah melupakan cerita para ular yang menyesatkan itu, bahwa dua gadis kecil yang dikirim itu hanyalah anak sang penipu. keberadaan kami di panti asuhan ini mungkin tidak terlalu mencolok bagi para Pesarah, lucunya semua anak yatim piatu mendambakan takdir kami. satu-satunya penghuni yang memiliki saudara kandung hanya kami berdua. saat aku berumur tiga tahun dan Lola delapan tahun kami diserahkan ke rumah Nyonya Karin oleh pelayan setia ayah. jika mereka tahu kisah anak sang penipu yang sampai harus dilarikan jauh dari utara ke kota industri ini maukah bertukar posisi dengan kami? bertahun-tahun aku menangisi nasib hingga aku benar-benar mengenal Magno.

bisa dibilang kami anak-anak yatim piatu rumah Nyonya Karin adalah anak tak berorang tua paling beruntung di Pesarah. rumah ini tidak besar, tidak bergelimang belas kasihan donatur kaya namun kami berada di tangan yang penuh kasih yaitu Nyonya Karin. kami tidak dibeda-bedakan, cinta dan tanggung jawab yang sama. sampai usia tujuh belas tahun kami tidak diijinkan untuk mencoba bekerja di luar rumah. ditambah sebagian besar anak penghuni rumah adalah perempuan yang membuat nyonya selalu berat melepas kami mandiri. sampai usia yang ditentukan aku memilih bagian bertani sebagai tugas rumah. aku cukup bangga karena diantara banyaknya anak perempuan disana yang lebih memilih memasak dan menjahit hanya aku yang memilih bersama anak laki-laki dekat dengan cacing dan ulat dan aku cukup kuat mengayunkan cangkul seperti laki-laki. karena itulah Nyonya Karin menghadiahiku Pero. sampai usia tujuh belas tahun aku diijinkan keluar mandiri dan mencari kerja pusat Pesarah. aku menyerah pada kata percaya, bahkan dendamku terhadap takdir juga mulai pudar berkat Magno karena kami berduan bertekad menjadi manusia yang berpegang pada hati.

bersambung....

Kamis, 28 Februari 2013

di tengah (1)

kami terdiam sejenak melihat rupa kami yang sudah jauh berbeda..

(3810 hari sebelumnya)
daisy : tidak pernah aku sangka hari seperti ini akan terjadi. aku pikir bersamanya ini adalah pilihan yang paling tepat. orang utan yang biasa singgah untuk bernyanyi bersama pernah berkata kalau kami bagai selai dan roti, bersama dan melengkapi. dalam hatiku juga berkata demikian, namun tidak pernah aku sampaikan. maksudku bukankah kami sangat serasi hingga tak perlu dirundingkan untuk menyombongkan diri siapa yang paling mencintai karena kami impas satu sama lain. ya saat detik ini aku ingin mengatakannya, tapi kami sudah mencapai batasnya. aku menyesal dalam hati.

hampir setiap hari kami bertemu di jembatan kayu tua yang menjembatani Kali Pesarah. mungkin ini yang terakhir kali untuk bertemu di jembatan pikirku, terakhir dalam arti kami menatap ke dalam mata kami sebagai suatu yang lebih dari sekedar keisengan takdir Tuhan, tapi suatu kesempatan yang sungguh-sungguh kami perjuangkan dan tidak rela untuk dilepaskan. semakin jauh kami berbicara semakin aku paham kemana arah pembicaran ini. tuhan mungkin kali ini memberikan kesempatan untuk membuatnya basi dan hanya sekedar memori yang akan disimpan rapat-rapat. akhirnya arahku jelas ke selatan. kami berjabat tangan dan berjalan berpisah.

magno : sudah jelas aku akan pergi ke utara dan sudah pasti arah kami berbeda. dengan menyemberangi jembatan ini dan berpisah di tengah, aku hanya bisa berharap aku baik-baik saja tanpanya begitu pula sebaliknya. bukannya aku mau menyerah begitu saja, tapi bagaimana jika kami ambil saja jalur yang berseberangan ini untuk melihat bagaimana hasilnya. jujur saja melihat matanya yang menatap tajam aku setengah mati menahan air mataku. butuh berminggu berpikir untuk mengatakannya dengan lembut agar tidak ada seorang pun yang terluka. kami sempurna menyatu bagai liku kayu-kayu tua jembatan Kali Pesarah yang disambungkan dengan pasak-pasak kokoh yang kini kami rubuhkan. ini jabatan tangan terakhir kalinya, lebut tangannya tidak akan pernah aku lupakan.

bersambung...



Selasa, 22 Januari 2013

rasa sakit itu bisa jadi candu, sekalipun menderita tidak mau diobati, sekalipun sehat ingin jadi pesakitan lagi *bsdm banget :))
lalu bagaimana saya berada di akhir seperti saat ini?
bangkit dari kasur dengan seperangkat kebaya dan kain songket
jubah beludru hitam dan topi bertali
tanpa sangul begitulah rencananya
semua orang hanya ingin bagian akhir bahagianya saja
sedangkan saya harus belajar keras untuk mencandui prosesnya