Kamis, 28 Februari 2013

di tengah (1)

kami terdiam sejenak melihat rupa kami yang sudah jauh berbeda..

(3810 hari sebelumnya)
daisy : tidak pernah aku sangka hari seperti ini akan terjadi. aku pikir bersamanya ini adalah pilihan yang paling tepat. orang utan yang biasa singgah untuk bernyanyi bersama pernah berkata kalau kami bagai selai dan roti, bersama dan melengkapi. dalam hatiku juga berkata demikian, namun tidak pernah aku sampaikan. maksudku bukankah kami sangat serasi hingga tak perlu dirundingkan untuk menyombongkan diri siapa yang paling mencintai karena kami impas satu sama lain. ya saat detik ini aku ingin mengatakannya, tapi kami sudah mencapai batasnya. aku menyesal dalam hati.

hampir setiap hari kami bertemu di jembatan kayu tua yang menjembatani Kali Pesarah. mungkin ini yang terakhir kali untuk bertemu di jembatan pikirku, terakhir dalam arti kami menatap ke dalam mata kami sebagai suatu yang lebih dari sekedar keisengan takdir Tuhan, tapi suatu kesempatan yang sungguh-sungguh kami perjuangkan dan tidak rela untuk dilepaskan. semakin jauh kami berbicara semakin aku paham kemana arah pembicaran ini. tuhan mungkin kali ini memberikan kesempatan untuk membuatnya basi dan hanya sekedar memori yang akan disimpan rapat-rapat. akhirnya arahku jelas ke selatan. kami berjabat tangan dan berjalan berpisah.

magno : sudah jelas aku akan pergi ke utara dan sudah pasti arah kami berbeda. dengan menyemberangi jembatan ini dan berpisah di tengah, aku hanya bisa berharap aku baik-baik saja tanpanya begitu pula sebaliknya. bukannya aku mau menyerah begitu saja, tapi bagaimana jika kami ambil saja jalur yang berseberangan ini untuk melihat bagaimana hasilnya. jujur saja melihat matanya yang menatap tajam aku setengah mati menahan air mataku. butuh berminggu berpikir untuk mengatakannya dengan lembut agar tidak ada seorang pun yang terluka. kami sempurna menyatu bagai liku kayu-kayu tua jembatan Kali Pesarah yang disambungkan dengan pasak-pasak kokoh yang kini kami rubuhkan. ini jabatan tangan terakhir kalinya, lebut tangannya tidak akan pernah aku lupakan.

bersambung...