Senin, 10 September 2018

Sambungan Jarak Jauh

Sejak kecil saya dibiasakan tidak bergantung dengan orang lain jika ada urusan di luar rumah. Jadi pergi mengurus surat-surat, periksa ke dokter, tugas belanja, bayar tagihan, ke bank, dan lain-lain sendiri. Sampai saya di titik tidak ketemu waktu dengan teman atau bahkan akhirnya menikmati untuk sendiri, seperti jogging, sepeda, ke bioskop, atau duduk di taman kota.  Sekarang dalam kondisi merantau kuliah malah semakin saya nikmati waktu sendiri ini untuk mencoba kuliner baru atau ke musium-musium.

Ruang pribadi itu rasanya sangat nikmat, tidak ada basa-basi, hanya obrolan baru dari supir angkot atau ojek. Bukan berarti berbicara itu tidak menyenangkan, hanya tapi saya punya referensi bicara. Bicara dengan orang yang dikenal itu kadang terjebak dikecenderungan membicarakan orang lain, yang kadang juga tidak bermanfaat.

Tapi obrolan dengan orang baru juga kadang bisa menjadi malah mengurangi ruang pribadi jika membahas pribadi juga. Misal ya secara personal, sebagai perempuan saya sangat tidak nyaman untuk dipertanyakan status hubungan dengan laki-laki, baik itu hubungan menikah dan belum menikah oleh orang baru. Kasusnya malah saya pernah ditanyai: oh pacar punya? kalau pacar di sini ada dong? pendekatan ada lah?. Itu ranah pribadi saya, basa-basi tak perlu seperti itu. Seolah saya tertuduh kesepian dan pasti mencari 'teman'. Bekal untuk mandiri dari orang tua sudah sangat cukup. Saya perempuan yang berkecukupan dengan diri saya. Tapi memang perempuan tempatnya difitnah. 

Ketika menemukan sebuah kutipan dari anonim yang artinya kira-kira: waktu saya sendiri itu berharga sekali, jika saya mengabaikan maka mungkin waktu bersama anda itu hanya buang-buang waktu berharga saya saja. Namun saya juga tersadar pada suatu hal, yaitu komitmen. Maka dari itu saya menikmati waktu jauh dan sendiri. Mungkin juga ini adalah referensi personal, di waktu yang tepat, digabungkan dengan situasi yang tepat. 

Menanti pulang itu memang nikmat.
ditulis di Senin pagi sambil menunggu tanda tangan Kaprodi.

Sabtu, 04 Agustus 2018

Bagi Tontonan

Selama mulai ada konseksi internet di rumah saya mulai jarang sekali menonton televisi. Sayang sekali konten di televisi tidak bisa dipilih dan kurang lebihnya (maaf jauh dari menarik.. selera saya paling tidak). Lalu tidak menambah apa-apa juga (ya kalau masih bisa mengambil hikmah dari anehnya tontonan di jam prime time ya selamat, silahkan lanjut). Positifnya jadi jarang nonton acara gosip. Eh tapi lucunya apapun yang ada di televisi sudah pasti ada di internet, minimal siaran ulang pasti ada. Nah karena saya keliling membicarakan media audio visual, jujur selama ini fokus cuma ke youtube saja sebagai hiburan. Buat teman makan sendiri ya nonton channel food travel, perlu dengan ulansan produk kadang cari tahu dari beauty vloger, ada topik perkulihan yang perlu masukan lebih biasanya juga nonton kuliah dari narasumber penulis buku atau konverensi ilmiah dan lain sebagainya.

sama seperti televisi sebenarnya, kadang di youtube juga agak mengerutkan kening. terlebih vidio yang isinya HOAX dengan suara google translate hhhh. tapi bisa dipilih mau nonton apa kan ya!
ini saya ingin berbagi pilihan-pilihan channel kesukaan siapa tahu jodoh. ehe

Beauty/Lifestyle
1. LaMadelynn
sebenarnya mbak madelynn ini semacam promo personnya ipsy, jadi kalau ada tutorial atau ulasan produk biasanya dari berlangganannya ipsy. cara pengaplikasian produk itu ya masuk akal saja, sama seperti yang dandan seadanya saja, terus jarang pakai kuas. tapi selain itu dia vokal menyuarakan cruelty free products dan slow fashion, yang mana saya perhatian juga terhadap hal-hal itu -masih belajar, tapi kuberusaha. pilihan lagu-lagunya juga enak! ya seselera sama saya lah. sayang jarang upload.

2. violette_fr

Kalau setting biasanya beauty vlogger di depan ring light di dalam studio, mbak violette ini hampir selalu di luar, di restoran, mobil, di depan rumahnya, di taman. mungkin karena memang bukan beauty vlogger, memang make up artist. terus jarang pakai foundation! sudah kokoh kulit si mbaknya, karena yang penting kulit yang sehat katanya. sama pesannya kalau mau natural jangan pake foundation di hidung. alat utamanya cuma jari, jadi beliau tidak sibuk menjelaskan ini kuas merek apa nomor berapa. nilai plus lagi aksennya lucu.

3. Lisa Eldrige

Ibu ini sudah jangan dipertanyakan lagi, red carpet, editorial, fashion week, campaign. terus kadang mengundang make up artist dari siapa yang dandanannya iconic macam Amy Winehouse, Princess Diana atau Alexa Chung diundang dandan terus gambar sendiri eyeliner-nya. mudah diikuti, meskipun saya ya juga tidak dandan hahhaha. kadang kalau melihat dari model-model yang diajak dandan sama beliau juga tidak sempurna juga, lalu dandan seperti secamam untuk lebih presentable saja, tidak wajib lah.

4. Ann Le 

Sebenarnya sering nonton karena ada diy rutin, lalu sekarang lebih sering berbagi tentang minimalist lifestyle. Sangat menginspirasi karena jadi teringat betapa banyaknya hal-hal yang tak pelu tapi diada-adakan punya, lalu memenuhi kamar, dan malah sulit untuk dirapihkan. Sekarang yang diunggah lebih pada perjalanannya pada lebih menyederhanakan kehidupannya. boleh lah diadopsi yang baik-baik.

Educational 
1. Vet Ranch 
Kadang menghayal, seandainya belajar lebih keras mungkin sudah bisa jadi dokter hewan. tapi ya diantara anak-anak TK itu menyenangkan sekali! jadi ya sudahlah, ada dokter Matt dan teman-temannya di Vet Ranch. ini adalah tipe channel yang tidak akan pernah di-skip iklannya karena tahu iklan dipakai untuk dokter-dokter ini menolong kucing guguk dan lainnya yang kesusahan di jalan. tapi sejak aturan youtu yang entah apa vidio dengan konten medis atau menjijikan tidak dikasi iklan lagi, sekarang jadi jarang nonton karena gemes tidak bisa ikut bantu uang huhu. tapi nyenangi kok sungguh! kadang dari kondisi yang hampir tidak ada harapan sampai sudah diadopsi atau sementara dirawat orang baik lainnya. and hey doctor matt is a hottie *wink

2. paulthomasmd

Waktu lihat dokter thomas jadi ingin tos! karena beliau sering pakai kemeja hawaiian. selain itu seandainya dokter seperhatian beliau waktu kecil, mungkin kesan ruang dokter yang dingin itu hilang. Lalu saya sangat menyukai cara beliau dan anaknya sebagai produser yang selalu menanyakan kesediaan orang tua atau anak masuk ke vidio. jadi jangan heran kadang wajah anak tidak terlihat, bahkan seingat saya nama aanak juga tidak disebutkan. bagi saya idealnya ya seperti itu. latar beliau pun unik, besar di afrika, punya banyak anak dan selalu dipanggil anak meskipun diadopsi atau ketemu besar. inspirasi sekali pokoknya beliau! sekalipun vidio terakhir ia bercerita tentang perjuangannya dengan adiksi, saya tetap salut dengan kejujurannya untuk tetap mempromosikan hidup sehat.

3. Rare Earth

sebenarnya baru mengikuti, tapi semenjak tahu ini channel ini yang mengunggah space oddity langsunglah ku-subscribe. tidak perlu buru-buru nikmati maraton semua vidionya santai saja waktu lagi ingin belajar. macam vidio yang saya ikutkan dari Rare Earth di atas, yang saya tangkap ya ternyata bagaimana suatu bangsa terbentuk ideologinya dari sebuah kisah heroik. ideologi itu ya.. nontonlah maka kamu akan mengerti.


4. HiHo Kids
Bingung sebenarnya ini ditaruh di kategori mana ya, diantara vidio anak coba makan ada vidio anak bertemu dengan. menyenangkan dan informatif juga. dan wahai para pemilih makanan contohlah Clara! paling tidak cobalah sekali sebelum bilang tidak mau  (kalau memang tidak punya pantangan ya) ! hahhaha.

Makan
1. Jun's Kitchen

Kalau mau lihat perwujudan dari senpai tampan nan bertalenta dari shoujo manga tontonlah Jun masak. tapi siap-siap teralihkan dengan kucing-kucingnya yang sopan. serius. sopan sekali nonton Jun masak atau ikut belanja.

2. Mark Weins

Teman makan di kost dulu dan masih kadang sekarang. tidak perlu dijelaskan, nonton saja sana. itu vidio di atas harus kucari di mana letaknya di jakarta!

3. Ochikeron

kurang lebih sama dengan kategori beauty, tutorial dandan sama masakan ya sama-sama hampir tidak pernah dicoba. sebenarnya banyak sekali ya channel masak, tapi dari sekian banyak itu semacam masakannya lah yang paling mungkin saya coba. bahannya tidak terlalu aneh-aneh meskipun ya mayoritas masakan Jepang. lalu idealismenya beliau yang menjaga privasi anak-anaknya juga menurut saya hebat.

4. Cake Style

Sekali lagi tidak masak dan kurang suka butter cream tapi saya suka mendekorasi kue. sempat sekali mencoba cari uang dari situ malah hehe. tapi ya dengan pengetahuan yang minim seperti pentingnya telur untuk ada disuhu ruangan sebelum dikembangkan bisa mengacaukan semuanya. penting teman-teman percayalah jangan taruh telur di pendingin sebelum buat kue.

 Crafting-Art

1. Sea Lemon

Di awal tahun sempat meniatkan bernar untuk berjurnal, karena mengingat waktu SD dulu tanpa disadari ada perasaan lega waktu menuliskan harian di buku harian. sejauh ini gagal, tapi sebenarnya efek lain yang sudah terasa adalah ketika ditahap perencanaan untuk esok hari saya jadi lebih terorganisir. harusnya diteruskan tapi begituah istiqomah itu sulit. nah channel ini sebenarnya beragam sekali isi kerajian tangan, doodling jurnal hanya salah satunya.

2. TheSorryGirls

Sudang mengikuti sekitar 5 tahunan dan channel mereka berkembang pesat akhirnya. ya dulu terheran-heran kok subscribers-nya sedikit. ada e-card macam-macam perayaan dengan bintang seorang landak mini, yang sekarangudah meninggal :( lumayan luas cakupan crafting-nyaa , gaya hidup, sampai dekorasi ruangan. 

3. Lia Griffith

Kan di Indonesia, ya provinsi kelahiran bunga potong itu mahal sekali dan kalau ditanam juga tidak akan berbunga atau tumbuh maksimal bunga-bunga tertentu. jadinya saya sering gemes sendiri. buat saja gitu sendiri dari kertas? Ya ini ibu Lia Griffith yang selama ini diamati via Pinterst punya channel ternyata! tidak hanya bunga kertas saja, kerajinan lain juga ada.

4. PearFleur

Saya ini kan orang yang banyak ingin bisanya tapi tidak berbakat. salah satunya gambar. tapi yakinlah sedikit-sedikit bisa diasah kok. lupa nama original channel ini apa yang pasti sudah mengikuti lama dan akhirnya saya memberanikan diri beli cat air dan kertasnya dan coba saja begitu gambar. menyenangkan liat orang yang emang bakat gambar menggambar. kadang untuk tidur saya melihat orang gambar atau main gim karena agak merelaksasi melihatnya. 

Uncategorised
1. Rachel and Jun

Yak si Jun masuk kedua kalinya ya selain ya kucing-kucingnya yang sopan santun memang channel ini nyenangi dan bisa jadi satu dari banyak channel yang serius menginformasikan tentang Jepang. keliatannya juga mereka cukup aktif membalas komentar, ya itulah beda televisi dengan media ini kan?

2. Banana Peppers 

Vidio buka kotak! ini channel keduanya Bunny grav3yardgirl fokusnya lebih buka kotak dan cerita-cerita dia saja. entah mengapa bagi saya Bunny lebih santai di sini. sementara di channel  utama keliatannya Bunny cukup tertekan dengan kolom komentar. Bunny secara umum sangat terbuka berbagi mengenai kecemasannya dan minatnya terhadap hal-hal yang bisa dibilang kadang lucu kadang mengerikan. ya saya pernah disebut sebagai hoarder oleh abang saya, hmm belum pernah lihat Bunny kali haha. tapi saya menghargainya karena sepertinya Bunny pengoleksi yang bertanggung jawab. selain sekarang tertarik dengan minimalism, ya cukup melihat saja orang yang sanggup mengelilingi dirinya sendiri dengan hal-hal yang diinginkan lumayan menghibur juga.

3. Refinery29

Ini model channel  satu dari banyak perusahaan produksi vidio di US sepertinya. jadi yang diunggah cukup beragam. Favorit saya adalah Sweet Digs, karena heran dengan mahalnya tinggal di New York dan kecilnya ruangtinggal pun sanggup ditata sedimikian rupa oleh real people. selebihnya channel ini lebih fokus pada isu sekitar wanita. kadang nonton kadang dilewati saja.

4. Flabaliki

Teman tidur dan teman makan. Suara James Turner ini enak soalnya. Karenanya saya ingin punya PC yang sanggup main game yang dia mainkan. Selain ini dia juga punya TheSimsSupply yang isinya main The Sims. sehari saja James tidak unggah vidio kadang saya cemas haha. main gim bisa membawa Semaj pergi jauh untuk mencoba gin keluaran terbaru! hiks mengapa internet di Indo lambat ya :(.

Honorable Mention

Shmoxd


AnnikaVictoria

shichenmakeupholic


Q2HAN


HGTV HANDMADE


Ela Gale


Deligracy 


101Rabbits


Mugumogu


Parole de chat


panjang ya. random soalnya anaknya, mohon dimaklumi ya.
semoga bermanfaat!

Jumat, 06 Juli 2018

Belajar dari Idola


Bagaimana baiknya ini dimulai
Di satu sisi saya kurang mengikuti perkembangan para social media influencer tapi kok makin ke sini kadang gemes. Bukan sama yang sama si ini atau si itu, tapi dengan kita yang berharap macam-macam dari mereka.

Kembali ke beberapa tahun terakhir sebelum berjilbab, baru niat. Sebagai pengguna internet aktif, kadang saya kurang bisa realistis terhadap harapan dan kenyataan dari internet dan dunia nyata dulu- dan masih sebenarnya. kadang. Ingin buat macaroon tapi belum pernah coba dan memaksakan pengetahuan dari tutorial youtube misalnya hanya karena si kue terlihat imut. Berandai-andai punya pacar yang perhatian dan pamer kemesraan di media sosialnya karena lihat teman-teman menggunakan foto bersama pasangan untuk profil. Ingin punya foto profil yang bagus diambil dari kamera mahal. Bisa foto-foto kumpul atau jalan-jalan dengan teman, sekedar ngumpul di kafe atau ke luar kota. Banyak lah. Tiba saat mulai cari-cari gaya jilbab. Ini agak seru.

Internet pada saat itu, paling tidak yang saya ikuti jauh dari apa yang sebenarnya ingin saya capai. Jadi manusia yang mendekati paling tidak. Itu tidak menjadi-jadi pada saat itu. Yha cerna sendiri lah apa hahaha. Munculah tren jilbab, sedi akutu bilangnya tren. Teman-teman sudah mulai pakai jilbab dan menebarkan kebaikan lebih dari biasanya di akun media sosialnya. Nasehat, hadits, ayat suci Al Quran bukan lagi dicari, tapi ketemu dengan sendirinya dari  nge-scroll media sosial. Adem sungguh. Tapi masih lagi penasaran cari model jilbab karena kurang percaya diri dan mungkin dalam hati yang terdalam masih ada rasa ingin tetap modis. Cih padahal sebelum pakai juga biasa saja hahaha. Tiba dihalaman seorang perancang terkemuka yang sering diucap seorang teman yang berjilbab. Perancang  muda dan inspirasi para hijaber. Tuuu hijaber. Suatu istilah yang asing kemudian tak asing lagi. Malah sayangnya sempat bernada agak hmm pada saat itu ditujukan pada para kakak yang modis jilbaban. ya sudah la ya, ngaca dulu cak udah benar belum.

Nah di halaman perancang ini ada sebuah foto yang menarik perhatian saya. Si perancang ini foto dengan seorang yang menarik sekali. Cantik, berhijab, dengan tato di punggung tangannya. Ternyata doi mualaf, kewarganegaraan Amerika Serikat, dan model. Dia punya akun bagi video, kontennya sekitar pengalamannya convert to Islam, berbusana, dan sebagainya. Sebagai gadis kacau balau sungguh saya sangat silau terhadap doi. Kenapa dia yang tinggal di negara yang sekuler, dengan gaya hidup seperti demikian, tersentuh hatinya memeluk Islam dan langsung berjilbab, terus saya berat dengan keadaan yang begitu baik di Indonesia. Singkat cerita beliau lah yang sering saya lihat halaman media sosialnya pada saat itu. Semua yang bisa diikuti saya cari, saya ikuti. Paling tidak beliau salah satu semangat saya berjilbab waktu itu. Tapi beliau itu orang biasa...

Mulailah saya terlalu ingin tahu detail kehidupannya. Ingin tahu ibunya yang mana, karena dia bercerita tentang ibu. Ingin tahu teman-teman yang dulu seperti apa. Ingin tahu alasan bertato. Lain sebagainya. Di sebuah aplikasi kumpul gambar akhirnya saya menemukan sebuah petunjuk. Beliau berencana menikah, melihat foto-foto bertema pernikahan yang dikumpulkannya sebagai “Inspirasi Menikah”. Sayangnya hanya satu media sosial yang tidak saya ikuti, yaitu adalah hehe. Ternyata beliau punya dua akun ternyata. Satu lebih ke tampil di umum, satunya lagi mungkin lebih pribadi tapi tidak dikunci. Saya ketahuilah beliau ternyata tidak seperti bayangan saya. Ya fatal sekali saya sudah punya bayangan dan harapan terhadap beliau.

Bayangan saya dia hidup keren sebagai model hijab dengan perilaku yang mulia. Oke langsung ke inti ya. Beliau ini tidak selalu berjilbab dan yang akan dinikahi itu wanita juga. Bukan tipe yang senang komentar di halaman orang. Tapi ternyata banyak juga akun-akun yang bertanya hal-hal pribadi padanya di halaman sosial medianya, atau menasehati juga ada. Sampai akhirnya media sosialnya dihapus semua. Sejak saat itu, saya tidak terlalu bawa perasaan dengan figur media sosial. Apa yang diharapkan? Mereka manusia biasa yang membagi kehidupannya dengan kita. Se-real apapun yang dibagi itu, mereka manusia. Selalu bisa salah. Lalu kita dengan tenangnya berkomentar seakan sahabat, membela secara membabi buta, atau malah mencela caci mencari aib si figur.

Meskipun begitu saya tetap mencoba mencari yang terang saja, selebihnya memang tidak mencari-cari lagi. Figur doi yang itu memang menarik, kalimat yang diungkapkannya, cerita mendekatkan diri pada Tuhan begitu menyentuh saya pada saat itu. Semoga kita selalu bisa mencerahkan diri sendiri,mengidolakan pada yang pantas ditiru, dari pada berharap pada yang pasti bisa kurang dan salah. 



Kamis, 31 Mei 2018

Sebenarnya masih sama saja


Setahun yang lalu, suasana puasa jauh juga dari rumah terasa sekali sepinya. Tapi perasaan tahun ini dengan kondisi yang mirip, aku biasa saja. Sepi tapi tidak diratapi. Mungkin aku berubah. Baru terpikirkan sekarang atau bagaimana, berubahnya perlahan-lahan atau sejak kuliah jauh. Tidak tahu. Sejak jauh dari rumah, otomatis lebih banyak sendiri. Di rumah juga senang sendiri, bedanya selalu ada teman bertukar pikiran dan berbagi kecemasan. Sebenarnya jauh pun masih bisa bertukar pikiran, tapi percakapannya singkat. Berbeda dengan kecemasan, ini jarang dibagi karena kabar dari jauh itu selalu terdengar berlebihan. Jadi kami memilih berbagi sekenanya saja, paling tidak kita sama-sama tahu yang paling utama sekarang ini: pulang. Secepatnya selesai kuliah, kerja, dan ini dan itu.

Jauh itu jikalah bisa dipilih pasti dihinidari. Sendiri disituasi asing tidak mudah, banyak yang mengalami seperti ini aku bisa mengerti. Banyak keraguan di masa awal, ya hingga saat ini pun masih begitu. Benarkan aku di sini? Mampu kah aku di sini? Setengah-setengah hati. Selebihnya aku memilih banyak mengisolasi diri. Dalam keadaan menyendiri menjadikan aku banyak bertanya-tanya, selain pertanyaan setengah-setengah tadi. Banyaknya dari hasil kuliah. Dari keadaan jauh ini akhirnya jadi banyak mengerti dengan diri sendiri. Bagaimana masa kanak-kanak, remaja, hingga sampai sekarang ini telah membentuk aku sebagai aku. Tentang lakon apa yang aku mainkan. Aku adalah protagonis di dalam pikiranku, benarkan di sudut pandang lain demikian? Aku bertanya-tanya lagi.

Berkenalan lagi dengan diri sendiri ternyata menyenangkan sekaligus meresahkan. Aku yang dulu pamit pergi kuliah nanti akan pulang. Tapi yang berpamitan dulu itu mungkin tidak akan pernah pulang lagi. Aku kira dulu jadi anak-anak itu bisa jadi sepi sekali, jadi dewasa ternyata juga sepi, sepi yang terisi rutinitas dan tanggung jawab. Dulu aku rasa orang dewasa berhutang banyak hal pada anak-anak, sekarang aku yang merasa ada banyak hutang yang belum mampu terbayarkan. Ternyata aku banyak gagal dalam mengapresiasi, bersyukur, berterima kasih terhadap banyaknya berkah. Kan sendiri itu begini, jadi bicara dengan diri sendiri. Ini juga tidak sepenuhnya tepat dengan istilah sendiri hhhh. Beda kontek.
Udah ah, selamat puasa. happy ya jangan marah-marah. 


Sabtu, 31 Maret 2018

Kenangan Lemari Es

entah gimana saya teringat lemari pendingin pertama yang dimiliki keluarga kami. warnanya kuning kentang pucat, tepiannya berkarat dan pojoknya sedikit keropos. mungkin keluaran tahun 90 awal, bunga es di dalamnya cepat sekali terbentuk. mama hampir tiap minggu memgeluarkan isinya, membiarkan esnya cair. karena jika dibiarkan begitu saja, sewaktu-waktu jika pemadaman listrik yang sering terjadi dulu itu akan membuat es menetes ke makanan di bawahnya. masih teringat dulu botol sirup yang terbuat dari kaca selalu dipakai untuk menyimpan air di pendingin, dimasukkan pakai corong dari ceret. air dulu cuma ada air hujan, jadi direbus di ceret, matang, disisihkan masuk ke termos, dan sisanya dingin masuk ke botol sirup. pernah suatu saat sudah ada produk es krim bubuk yang bisa dibuat di rumah dicoba dibekukan di lemari pendingin itu, ternyata tidak bisa lembut. malah menjadi balok es dalam wadah plastik. tetap dimakan seperti es lilin akhirnya.


sekarang kami tidak lagi mengisi botol sirup dengan air rebusan hujan. bahkan dengan air apapun ke dalam lemari pendingin. entah karena apa jadi tak tertarok lagi minum air putih yang dingin. padahal dulu waktu SD saya anak manja yang merengek minta dibolehkan buka puasa sambil menempelkan pipi di botol sirup dingin. lemari pendingin pun sudah jauh lebih baik sekarang, mama tidak perlu membersihkan terlalu sering lagi.


kalau direnung-renung ya, entah bagaimana keuangan orang tua dulu sampai kami sanggup membeli lemari pendingin usang itu, yang mungkin perlambang keluarga menengah. tapi terhibur juga kegunaannya meskipun bentuknya keropos, kusam, dan penuh es. betapa berubahnya kehidupan kami sekarang ternyata, jika hanya diingat dari lemari pendingin saja ya. nikmat yang tak habis-habisnya dihitung.

Bandung 31 Maret 2018
rindu, sayang adek untuk mama dan papa


Senin, 15 Januari 2018

Terlahir dengan ILVEN

Halo bagi yang menemukan tulisan ini bagi sesama pemilik ILVEN. Saya tidak merasa ini suatu penyakit yang menjijikkan, karena saya menggangapnya ini cuma suatu kondisi kulit, bukan penyakit. 
This is our norm, nothing wrong with it. We healthy human being that born with rare skin condition. By the way CO2 laser or cauterization did work for me. How about you?
And there is a facebook page for our condition https://www.facebook.com/ilvenawareness
Have a good day!

Dulu waktu praktek mengajar di sebuah desa yang tidak jauh dari ibu kota pontianak saya pernah ditayai oleh seorang peserta didik, "Bu itu tangannye luka ke?" - "Bukan nak, ibu lahir tangannye udah begitu".

Tu cek saja penjelasannya. Panjang kalau saya jelaskan, pun hingga selama ini dokter setiap saya tanya belum ada yang menjawab kondisi kulit di tangan saya apa sebenarnya. Selama ini saya hanya mencoba mencocokkan pejelasan dan foto dengan bantuan  google. Ada penjelasan yang bilang ini kondisi yang rare (wow aku spesial), ada yang menjelaskan sebagai hasil mutasi genetik sejak dalam kandungan (wow aku bisa gabung X-Men), lebih banyak dialami oleh perempuan, mulai ada sejak usia dini. Dalam hal ini saya terlahir demikian. Tidak berbahaya, dan jarang sekali mutasi hingga berubah menjadi kanker.

Selama 23 tahun saya hidup tidak ada masalah sama sekali dengan tanda lahir itu, sampai suatu sore rasanya gatal sekali. Kok ya nyamuk tepat benar gigit di kulit yang nonjol ini~ tapi ternyata bukan. Ada area yang terlihat merah, meluas, dan membengkak. Yang selama ini diingatkan dan dikhawatirkan oleh tante saya yang seorang perawat untuk mengangkat saja tanda lahir itu karena suatu hari akan tumbuh dan bermasalah akhirnya kejadian juga. Tidak apa pemicunya tanda lahir itu tumbuh saja. Berbekal uang 250ribu saya pergi ke klinik kulit di rumah sakit provinsi untuk periksa, sendirian. Sebelum masuk saya dirubung mahasiswa kedokteran yang magang (?), ditanya-tanya dicatat, bahkan digambar tanda lahir saya dalam buku laporan mereka. Masuk ke ruang periksa tidak panjang penjelasan dokternya, hari itu juga saya diberi tindakan. Harus hari itu juga, karena besok sama saja kata dokter dan mumpung sepi -_-. Saya sempat menolak karena yakin uang yang dibawa tidak akan cukup plus obat yang mungkin nanti ada diresepkan, eh dokternya lucu -mahasiswa ya? Udah 200 aja lah- ini aturan rumah sakit biaya tindakan sebenarnya bagaimana.

Akhirnya saya tidak sendiri, karena menghubungi mama (yang kemudian panik) datanglah tante yang rumahnya tak jauh dari rumah sakit dan yang tak lama kemudian datang juga mama dan seorang temannya yang menghantar. Lah rame. Satu jam saya diberikan salep anastesi dan akhirnya disuntik anastesi juga tanda lahir saya di cauter. Alatnya seperti solder listrik itu, jadi tidak ada pisau yang mengiris, tidak ada penjahitan, dan diperban juga tidak setelah selesai. Sakit? Bisa dibilang hampir tidak ada karena sudah dibius sebal kan. Selesai diluar dengan perawat saya diberi wejangan seperti, tidak apa kena air seperti wudu, nanti dikeringkan dan ini dioleskan ya salepnya. Sampai di rumah luka sisa tindakan malah saya beri air mengalir dari keran (ini bodoh, jangan ditiru) karena ada nanah, karena pasti ada nanah ada infeksi. Bodohnya saya yang awam medis ini biasa saja dengan keadaan nanah itu. Sampai sebulan saya baru datang lagi ke rumah sakit. Lukanya kok tidak kunjung sembuh.

Mestinya dengan kondisi luka setelah tindakan yang mengalami infeksi itu saya harusnya segera kembali memeriksakan. Tapi tidak saya lakukan, karena tidak tahu. Kenapa luka itu saya periksakan? Karena kulit disekitarnya merah dan gatal-gatal. Saya diberikan salep dan obat minum, dokternya berbeda pula. Kalau sama saya udah mengeluh habis-habisan. Ya tapi sudah lah. Dari kondisi itu saya tahu kalau mulai saat itu saya alergi ayam (hingga saat ini masih perkiraan saja karena hanya mengira-ngira setelah makan ayam kulit saya gatal-gatal).  Tapi kok salep yang diresepkan itu salep untuk herpes? Ya makin bingung, kok dokternya tidak mengabari kalau itu herpes. Konsultasi dengan dokter itu memang harus buru-buru apa bagaimana ya, mungkin hanya satu dua kali saya merasa diberitahu dengan lengkap dan diberi kesempatan menjelaskan. Apa karena saya kurang dominan dalam percakapan dokter kebanyakan cepat dalam ruang periksa atau sesimpel memang dokternya sudah paham kondisi saya tanpa mendengar panjang lebar keluhan saya. 

Sejak tindakan sampailah dibulan-bulan mendekati saya ditugaskan kuliah lagi oleh orang tua 2015 luka saya belum sembuh juga. Saya udah mencoba alternatif lain selain obat-obatan dari dokter, madu dan purpolis, hasilnya kulit saya tambah meradang. Pindah dokter juga diminta untuk sembuh dulu dengan diresepkan suplemen. Di bandung juga akhirnya saya periksa lagi ke klinik kulit di sebuah rumah sakit swasta terkemuka karena belum sembuh itu. Itu cerita dari 2014 ya belum sembuh, ini sekarang 2018 juga belum sembuh. Mama menghubungi saya dan meminta saya membeli kasa khusus luka yang dalam lapisan kasa tersebut sudah ada kandungan sejenis salep, sebuah pandangan dari seseorang yang kami kenal sebagai perawat. Tak sampai lima menit saya membalut luka, terjadi reaksi alergi pada kulit disekitar luka tersebut. Merah, bentol, dan gatal. Yup saya ketemu lagi kalau saya alergi padda kandungan-kandungan yang ada di perban itu. Setelah menjalani seminggu rekasi alergi yang masih sering gatal ini, saya menyadari ILVEN saya tumbuh lagi di area baru sekitar area asal tanda lahir yang juga tidak sempurna benar hilangnya setelah tindakan 2014 lalu. Sedih dan cukup down juga setelah mengiyakan secara logika ini reaksi yang mirip waktu pertama tanda lahir dulu gatal, meskipun memang bagian dari dipicu alergi kasa itu. Sudah terlihat jelas dua bintik berwarna cokelat seperti tanda lahir yang dulu. Hilang kesabaran tidak juga ya, kesal ya mungkin dulu karena infeksi setelah tindakan saya tidak teredukasi mesti bagaimana, capek ke dokter iya, pengen wudu sempurna lagi dengan tidak melewatkan bagian luka itu iya. Ikhlas yang mungkin masih belum sempurna ya pada saat ini. Saya ikhlas terlahir dengan ILVEN, cukup bangga malah kadang karena bentuknya aneh, dan aslinya tidak rela untuk dihilangkan karena tidak merasa bermasalah, tapi luka menahun yang tidak menutup cukup terpukul si iya, karena merubah hidup saya. suatu saat luka pasti sembuh kan. Aamiin. 

sekianlah cerita hidup dengan ILVEN dari saya. semoga jika yang membaca mempunyai kondisi yang sama bisa sama-sama bersabar dan ikhlas dengan kondisi kita. 

Rabu, 10 Januari 2018

123 ABC

Bagaimana cara membaca  judul tersebut? satu dua tiga a b c? atau one two three ei bi ci?

(tulisan ini hanya kegelisahan saya terhadap hal yang baru-baru ini dibahas oleh teman-teman angkatan almamater S1 dulu dan tentunya sanggat subjektif. tapi bolehlah teman-teman renungkan?) :)

jadi tu beberapa hari yang lalu ada seorang teman yang menunjukkan saya sebuat thread twitter dari seseorang yang menyebutkan kalau paud itu bukan pendidikan, tapi bisnis. ya dari sepintas saya bisa memahami apa yang beliau maksudkan, beliau dalam balasan tweetnya ada memasukkan sebuah tabel tahapan perkembangan anak, bahwa anak usia dini sedang dalam masa ini, tahapan ini, membaca berhitung, dll itu sudah menyalahi kesemestian anak seperti apa, yang mana dalam lingkup perguruan tinggi saja kadang akademisi punya kecenderungan sendiri dalam memandang si 'tahapan perkembangan anak ini'. semua memiliki landasan dan pandangannya sendiri-sendiri tentang bagaimana seharusnya anak usia dini itu.

ayo balik dulu ke bagaimana pendidikan dan bisnis itu, dua hal ini seperti sejalan tapi jalan yang rumit. kalau dari sebuah lembaga pemberi beasiswa memberikan bantuan keuangan pada awardee-nya, apa sih keuntungan yang didapatkan oleh lembaga itu? uang? kalau bagi penerima pastinya uang untuk pendidikan dan tunjanggan lainnya bagi pemberi beasiswa apa? 
sedangkan bagi orang tua yang menyekolahkan anaknya, apa yang didapatkan dari keputusan mereka mengeluarkan uang demi pendidikan anak-anaknya? 
bagi negara memfasilitasi dan meregulasi pendidikan manfaatnya apa? adakah yang berubah dari dampak adanya  pendidikan tersebut?
hubungan uang dan manfaat yang diperoleh dari pendidikan, apa yang kita peroleh? secara luas dan berkepanjangan. investasi kah? manusia, anak-anak, sebagai investasi kah? rasanya pernah membaca dulu sebuah artikel ilmiah yang membahas dampak dari pendidikan anak usia dini, dibahas dibidang ekonomi dan human capital atau apa sih manfaatnya bagi perkembangan si manusia itu sendiri. kurang etis si ya karena saya udah agak-agak lupa apa isinya, yang pasti dari segi ekonomi, dengan adanya investasi uang yang dicurahkan ke pendidikan anak usia dini apa manfaatnya? investasi tersebut dari kaji dari sebuah program pemerintah amerika serikat, yang mengatakan bahwa hasilnya anak yang mendapat imbas dari program tersebut tidak juga berkembang signifikan (fokus program matematika dan membaca) lalu proses mendidik dari guru juga tidak menjadi membaik. uang yang dikeuarkan pemerintah untuk itu semua apa manfaatnya? ketika disisi kasus misalnya didapatkan dari program tersebut anak baik dibidang IPA karena alokasi waktu yang diluangkan lebih banyak dari pada matematika/membaca. baik itu apa sih? signifikan itu apa sih? apa yang menjadi patokan ini semua? mau diapakan anak-anak kita? kualitas itu yang seperti apa? standar apa yang kita kejar selama ini? apa ini semua benar-benar apa yang anak perlukan? 

itu kalau di amerika serikat ya, kalau di indonesia apa yang terjadi. saya hingga saat ini tidak begitu paham dengan sistem kurikulum yang dicanangkan pemerintah dari keluarnya permen-permen (bukan yang manis-manis itu, teman-teman dari lingkup paud pasti paham). tidak begitu paham, ya sungguh sebuah ketidaktahuan, -sombong pula- tapi dari yang hinggap di otak saya, ada kalimat-kalimat berikut, penilaian otentik, ada unsur seni, itu yang saya ingat dari permen yang terbaru. ditingkatan SD juga begitu, penilaian otentik yang konon katanya sulit. kalau di paud ya kita pasti tidak asing lagi dengan ini, begitu banyak aspek perkembangan anak yang kita harus catat sehari-hari, kemudian assessment tersebut, apa yang harus kita berikan pada anak di esok hari, kegiatan apa yang seru untuk itu, bahan main apa yang sesuai, seberapa lama alokasi waktu yang diberikan kegiatan itu, bagaimana tentang keamanannya, materi apa yang sesuai, kembali ke assessment, bagaimana perkembangan anak hari ini? begitu muter lagi sampai dibagi rapor yang kadang cuma satu paragraf kolom guru curhat perkembangan anak hahaha. bersukur jaman sekarang ada teknologi semacam whatsapp misalnya, orang tua mudah bertanya dan guru mudah langsung mengabari. jadi kalau meluangkan waktu yang lebih anak bisa terpantau terus tanpa menunggu rapor di akhir semester. mekasimalkan portofolio hasil karya anak juga bisa dimaksimalkan kan ya untuk terus menjaga pengetahuan orang dewasa bagaimana perkembangan anak. kerja keras bukan? masih banyak lagi mungkin yang bisa dibahas, ini hanya dari segi implementasi pembelajaran dan evaluasi. butuh SDM guru yang mumpuni untuk mengerjakan semua itu, terus apa penghargaan bagi usaha rekan-rekan guru paud sudah cukup mengcover itu semua? masih banyak guru yang cuma 50 ribu gajinya perbulan, dirapel lagi sampai tiga bulan juga ada, atau malah ada cuma bilang gini sambil tertawa getir, ya memang tidak seberapa (baca kadang ya ada, kadang ya ndak cukup untuk bayar listrik dan air sekolah), anggap saja ladang amal bagi saya :')

bagi penyelenggara pendidikan, sekolah, lembaga yang menaunginya, ini cerita yang lain lagi. mutu-kualitas layanan berbanding lurus sekali dengan keuangan. kelengkapan alat main, sarana prasarana, serta guru yang dibebankan dengan mutu harusnya diberikan sarana dan dana yang masuk akal. masuk akal dalam apa? masuk akal dengan tuntutan kerja keras yang dibebankan. lalu uangnya dari mana? atau dari donatur, atau ada yang kreatif sekolah bisa menciptakan uang dari usaha lain demi kecukupan kebutuhan, lalu dari yang dibayarkan oleh orang tua? kenapa orang tua -konsumen? karena ya memang begitu adanya, coba hitung jumlah sekolah TK negeri dibanding dengan swasta. berapa banyak lembaga paud yang berusaha sendiri menguatkan diri dengan idelisme mutunya tanpa bantuan dana pemerintah. banyak. lembaga yang berdiri seadanya di teras mesjid, di garasi rumah pribadi, demi melayani anak usia dini yang ada disekitarnya. benar-benar seadanya. mutu, kualitas, jauh lah. tapi kebutuhan anak untuk terdidik ada, orang tua mengantarkan dengan harapan-harapan yang baik pula untuk anaknya. mainan yang catnya mengelupas, bengkok-bengkok, crayon yang patah-patah dipakai beramai-ramai pula, satu ayunan direbutkan oleh sepuluh anak, ayunannya berkarat pula, jelek lah. tapi anak-anaknya main saja tu. sekolah sebagai tepat bermain, tempat berteman, tempat berpengetahuan yang baru tercapai dengan keadaan yang demikian alakadarnya. sayang ada yang lebih baik kondisi sekolahnya namun kerap bertanya dan berpendapat seenaknya, oh enak yang guru paud cuma nyanyi-nyanyi terus pulang, tepuk-tepuk terus pulang, atau kok anak saya bilang di sekolah tadi gambar sama melipat, gak belajar anak saya? saya tidak bisa menyalahkan itu, toh kenyataan kebanyakan orang tua kurang paham perkembangan anak itu memang begitu adanya. tapi saya ada rasa tanggung jawab kita dibidang pendidikan paud mengedukasi orang tua, sehingga tidak ada kalimat-kalimat yang demikian. lalu mereka menjadi lebih paham akan kebutuhan anaknya, tidak membebani sekolah-guru dengan harapan-harapan terhadap anak namun lepas tangan saat di rumah masing-masing, dan yang lebih penting tidak segan mengeluarkan 'uang' untuk kualitas yang setara dengan keinginan.

eh tapi paud itu bisnis bukan? iya bisnis, kalau beli franchise luar/dalam negeri. kalau menjanjikan anak bapak ibu disini bisa sempoa, bahasa mandarin, bahasa arab, bahasa inggris dijamin kalau tidak bisa 50% uang kembali (bahasa indonesia kelupaan). ada penawaran dan permintaan. mau yang paud seadanya atau yang banyak macam-macamnya, pasti ada yang ditawarkan dan ada yang inginkan dari orang tua demi anaknya. masuk akal tidak semua itu ditinjau dari kemampuan orang tua kebanyakan dan setersediaan sekolah 'terjangkau' sekaligus bekualitas? banyak pertanyaan saya ya, kadang penasaran sama anak atau cucu menteri-persiden selama ini sekolah paudnya dimana? pre-school/TK nasional atau franchise gemerlap luar negeri? kalau disekolahkan di tempat bagus dan mahal itu, semacam tidak pede dengan kebiajakan terhadap paud yang berjalan selama ini hihihi. saya bisa bergosip panjang sekali tentang sekolah mahal yang uang pangkalnya puluhan juta tersebut... tapi ini untuk dilain waktu lah. selama ini banyak dengar katanya saja, karena cukup susah dapat ijin melihat-lihat sekolah model macam itu. sekolah yang mungkin saya tenang tentang kepintaran anak saya, namun menjadi cemas sekali anak saya enggan nantinya bermain dengan teman-teman di luaran sekolahnya karena mereka 'kurang' atau nanti malah anak saya sulit bicara bahasa indonesia yang baik.

ya dari semua paragraf yang berantakan dan keresahan pribadi tersebut, saya sering meyakinkan diri saya kalau nanti (Insya Allah) diberikan titipan rejeki mendirikan sekolah, sekolah apalagi paud bukan untuk cari uang loh ya, tapi guru-guru-ku harus sejahtera, anak-anak didik-ku harus menerima layanan sebaik-baiknya, dan orang tua yang menyekolahkan anaknya harus sesadar-sadarnya aktif dalam pertumbuhan dan perkembangan anaknya.