Selasa, 30 Mei 2017

Belajar

Bismillah..
Ini sangat personal. 
Bukan tulisan dari seorang yang paham, yang banyak khilaf dan dosanya, maka dari tulisan ini saya tidak menilai pengalaman masing-masing orang menjadi paling benar atau pun salah. Terlahir dari kedua orang tua yang muslim dan berada di lingkungan mayoritas muslim mungkin nikmat pertama dan terbesar yang saya miliki saat di lahirkan, hingga saat ini. Alhamdulillah. Adalah hal yang mudah mendapatkan informasi terkait agama dan ibadah sedari kecil, berkesempatan sekolah dalam naungan lembaga Islam, dan banyak hal lain yang mungkin kelihatannya kecil. Seperti  jika dibandingkan dengan saudara-saudara seiman di negara yang mayoritas non muslim atau daerah yang berlatar seperti demikian, keadaan saya ini adalah nikmat yang sangat luar biasa. Alhamdulillah. Namun dalam perjalanannya,(hingga saat ini) ternyata beragama, memiliki identitas sebagai seorang muslim tidaklah semudah perkara terlahirkan oleh orang tua muslim atau di negara muslim. Perjalanan ini adalah proses, setidaknya itu yang saya pikirkan.

Proses sebagaimana yang pernah mama saya ungkapkan, tobat itu tidak ada yang mendadak. Benar atau tidak saya percaya akan hal itu. Entah bagaimana kronologinya sekarang saya berhijab. Pelindung yang saya tinggalkan di bangku sekolah dasar, pelindung yang hanya dikenakan saat pelajaran Agama Islam saat SMP dan SMA, pelindung yang kadang digunakan saat berpergian ke masjid saat hendak sholat Eid, pelindung yang berkali-kali diucapkan “ya aku akan pakai tahun depan..” berkali-kali, sampai ini saya malu menuliskannya. Mungkin niat yang sejak dari umur belasan tahun itu dimunculkan lagi dari cara-cara yang tidak terduga, lembut, mengguncang isi hati, dari setahun penuh pelajaran, dan hikmah-hikmah yang MasyaAllah hanya Allah yang bisa membolak-balikkan isi hati. Siapa sangka dari tulisan teman-teman yang tidak terduga di laman media sosial, dari foto teman-teman yang tak terduga anggun berkerudung, sahabat-sahabat baik yang sedari dulu senang berbagi isi hati sambil berdiskusi, peristiwa-peristiwa yang tidak lazim, serta ayat-ayat Al Quran random yang kadang terbaca saat berselancar di internet. Itu semua menjadi penguat ‘tabungan niat’ saya mengumpulkan pakaian panjang, hingga  ramdhan 2015 saya memutuskan rambut saya bukan konsumsi publik.

Dua tahun yang tidak terasa dan mungkin terasa juga sih ya saya berkerudung (berhijab atau entahlah namanya apa saya tidak pernah yakin istilah yang benar selain istilah mukenah, udah paling pakem untuk sholat tuh dari pada nama secarik kain di kepala ini haha). Pengalaman orang ya berbeda-beda, ada yang bilang “ya enak si sejak pake hijab gini, kalo diganggu sama laki-laki di jalan juga paling di Assalamuallaikum-in..”. Ya kalo saya pribadi tetap merasa tidak nyaman apapun sebutannya jika di jalanan ditegur aka cat calling apapun kata-katanya. Bukan kah laki-laki juga memiliki tugas untuk menundukkan pandangannya? Hehe ini sok tau saya saja ya, dalil yang benar belum tahu. Dan mungkin kalau disadari dari tulisan ini jelas sekali ini cerita berkerudungnya seorang yang kurang ilmu agama ( yahiyalah jelas). Saya pribadi kena di hati sekali dengan hadist yang ada bilang itu hadist yang lemah tapi menggerakkan saya untuk semakin kuat berkerudung (tidak berani disebutkan karena belum cukup ilmu). Kemudian yang mungkin belum banyak yang tau ada kaitanya dengan pandangan laki-laki, ini ya saya kabari nikmatnya rambut yang ditiup angin sepoi-sepoi seperti iklan shampo, menggunakan summer dress , dan berkemeja motif hawaii adalah nikmat yang saya amini dan rayakan dengan menggunakannya keluar rumah (kecuali ‘summer dress’-daster lelong yaa).

Sampai sekarang hal-hal tersebut masih menjadi nikmat bagi saya, tapi apa yang benar-benar berubah dalam waktu setahun merenung dan ‘dipanggil-panggil’ Allah itu? Saya tiba-tiba tidak lagi merasakan nikmat dilihat oleh orang asing, apapun bentukan rambut saya tidak terasa indah lagi di cermin sesaat sebelum keluar rumah, tanggan saya jauh-jauh hari mulai saya tutupi dengan baju lengan yang lebih panjang, berasa leher pendeklah, dan kaos yang terasa pas tidak nyaman lagi digunakan. Tidak mau dilihat-lihat, Risih. Mungkin itu kata yang paling tepat mewakilkan keresahan saya pada saat itu. Risih dengan pandangan orang lain pada saya, kepercayaan diri saya menurun signifikan ketika dibilang gemuk, dan lain sebagainya ketika bertemu orang lain yang mungkin menjadi pertanyaan yang tidak disadari dalam alam bawah sadar saya “ada yang kurang dalam penampilan aku”. Diet dan ganti potongan rambut saya lakukan, keresahan itu masih sama saja. Tapi dalam proses itu juga mungkin sebenarnya saya sudah terdesak dari dalam diri saya sendiri, “ini saatnya, apa lagi?”. Hingga akhirnya saya mantap berkerudung, rasa keresahan itu masih ada. menjadi “kok aku gak jago nyambungin warna baju sama kerudung” hahaha. Tapi keresahan atas kurangnya penampilan dan rasa risih dilihat itu hilang menjadi tenang dan aman.

Meskipun dengan masih ‘pergelutan’ isi hati seperti “ini cukup kok, gak perlu jago pake pashmina lilit-lilitlah” atau “tuhkan dipanjangkan lah kerudungnya, nutup dada pliss! bagus kok” atau “eh kurang oke ya kalau panjang, keliatan gendok (cupu, kampungan)” ada tuh dalam hati saya ganti-ganti. Orang macam saya yang tiba-tiba sakit kepalanya berasa muter-muter waktu kajian di SMA beginilah.. sampai sekarang belum berkesempatan belajar lagi lebih baik, masih banyak kekurangan.. alasan tuh ngejar ilmu dunia terus~ lalalala cukup ya ini diselesaikan, insya Allah nanti dikuatin juga belajar yang bener ya cak. Tapi sejak menggukankan ataupun siapapun yang baru menggunakan hijab, sahabat-sahabatku semua..ada baiknya kita berdoa untuk saudara kita si fulani-fulana dan diri kita sendiri itu semoga selalu istiqomah dengan pakaiannya. Semoga semakin baik keimanan dan kualitas ibadahnya dan selalu dipertemukan dengan teman-teman seperjuangan yang soleh-solehah biar ketularan. Yang belum ya jangan ditinggalkan yah? (PR bagi saya yang senang lonely dan tidak pandai menjaga silahturahmi. Idup perlu orang lain juga oi!). Seperti saya ini, kalau tidak digiring-giring diobrolin yang baik-baik juga mungkin lebih menikmati drama beauty guru youtube disela-sela sebagian ‘besar’’ waktu saya menonton youtube (tuh kan terlihat betapa buruk kualitasnya saya menghabiskan waktu). Tetapi MasyaAllah, bayangkan dari banya waktu tidak bermutu itu saya masih tanpa direncanakan belajar diperlihatkan ayat-ayat suci sampai kuat niatnya? Maha Kuasa Allah dengan segala rencanaNya J


Semoga kita semua terus menerus ‘berproses’ ke arah yang baik..