Sabtu, 31 Maret 2018

Kenangan Lemari Es

entah gimana saya teringat lemari pendingin pertama yang dimiliki keluarga kami. warnanya kuning kentang pucat, tepiannya berkarat dan pojoknya sedikit keropos. mungkin keluaran tahun 90 awal, bunga es di dalamnya cepat sekali terbentuk. mama hampir tiap minggu memgeluarkan isinya, membiarkan esnya cair. karena jika dibiarkan begitu saja, sewaktu-waktu jika pemadaman listrik yang sering terjadi dulu itu akan membuat es menetes ke makanan di bawahnya. masih teringat dulu botol sirup yang terbuat dari kaca selalu dipakai untuk menyimpan air di pendingin, dimasukkan pakai corong dari ceret. air dulu cuma ada air hujan, jadi direbus di ceret, matang, disisihkan masuk ke termos, dan sisanya dingin masuk ke botol sirup. pernah suatu saat sudah ada produk es krim bubuk yang bisa dibuat di rumah dicoba dibekukan di lemari pendingin itu, ternyata tidak bisa lembut. malah menjadi balok es dalam wadah plastik. tetap dimakan seperti es lilin akhirnya.


sekarang kami tidak lagi mengisi botol sirup dengan air rebusan hujan. bahkan dengan air apapun ke dalam lemari pendingin. entah karena apa jadi tak tertarok lagi minum air putih yang dingin. padahal dulu waktu SD saya anak manja yang merengek minta dibolehkan buka puasa sambil menempelkan pipi di botol sirup dingin. lemari pendingin pun sudah jauh lebih baik sekarang, mama tidak perlu membersihkan terlalu sering lagi.


kalau direnung-renung ya, entah bagaimana keuangan orang tua dulu sampai kami sanggup membeli lemari pendingin usang itu, yang mungkin perlambang keluarga menengah. tapi terhibur juga kegunaannya meskipun bentuknya keropos, kusam, dan penuh es. betapa berubahnya kehidupan kami sekarang ternyata, jika hanya diingat dari lemari pendingin saja ya. nikmat yang tak habis-habisnya dihitung.

Bandung 31 Maret 2018
rindu, sayang adek untuk mama dan papa